Русские видео

Сейчас в тренде

Иностранные видео


Скачать с ютуб Pahlawan Nasional Gerilya Laut - Sultan Mahmud Riayat Syah в хорошем качестве

Pahlawan Nasional Gerilya Laut - Sultan Mahmud Riayat Syah 4 года назад


Если кнопки скачивания не загрузились НАЖМИТЕ ЗДЕСЬ или обновите страницу
Если возникают проблемы со скачиванием, пожалуйста напишите в поддержку по адресу внизу страницы.
Спасибо за использование сервиса savevideohd.ru



Pahlawan Nasional Gerilya Laut - Sultan Mahmud Riayat Syah

Pahlawan Nasional Gerilya Laut - Sultan Mahmud Riayat Syah (Paduka Sri al-Wakil al-Imam Sultan Mahmud Riayat Syah Zilullah fil-Alam Khalifat ul-Muminin ibni al-Marhum Sultan Abdul Jalil Syah) atau dikenal juga dengan Sultan Mahmud Syah III (lahir di Hulu Riau, 24 Maret 1756 – meninggal di Daik, Lingga, 12 Januari 1811 pada umur 54 tahun) adalah Sultan dan Yang di-Pertuan Besar Johor-Pahang-Riau-Lingga ke-15 yang memerintah dari tahun 1770 sampai 1811. Beliau adalah anak bungsu dari sultan Johor ke-13, Abdul Jalil Muazzam Syah dengan istri keduanya, Tengku Puteh binti Daeng Chelak. Selain itu beliau merupakan adik dari sultan Johor ke-14, Ahmad Riayat Syah (berkuasa dari tahun 1761-1770). Sultan Mahmud Riayat Syah naik takhta pada usia sekitar 14 tahun menggantikan kakaknya, Ahmad Riayat Syah (1752-1770, naik takhta pada bulan Februari 1761 saat berusia 9 tahun). Pelantikan beliau sebagai sultan digambarkan dalam Tuhfat al-Nafis dengan suasana yang sangat meriah. Beliau digendong menuju kursi kebesaran Kesultanan Johor-Pahang-Riau-Lingga oleh seorang Bugis yang bernama To Kubu. Pada saat penobatan itu, pihak Bugis dan Melayu sepakat untuk mengakui Sultan Mahmud Riayat Syah sebagai Raja Johor-Riau-Lingga yang harus disegani Pada awal masa pemerintahannya, jabatan Yang Dipertuan Muda dipegang oleh kepala suku Bugis yang kuat, Daeng Kemboja (menjabat 1745-1777). Baru pada tahun 1777 jabatannya digantikan oleh Raja Haji Fisabilillah (menjabat 1777-1784). Pada bulan Juni 1785, Belanda mengirim David Ruhde ke Hulu Riau untuk memegang jabatan Residen Belanda. Kehadiran Belanda di Riau-Lingga tersebut tidak disenangi oleh Sultan Mahmud, kemudian secara diam-diam mengirim utusannya, Encik Talib, ke Tempasuk di Sabah, Kalimantan. Ia minta bantuan kepada Raja Tempasuk, Raja Ismail asal Johor untuk memerangi Belanda di Riau-Lingga. Raja Tempasuk mengirim tiga anaknya (Raja Tebuk, Raja Alam, dan Raja Muda Umak) serta Datuk Sikolo, dengan Raja Ismail sebagai panglima besarnya. Pada tanggal 13 Mei 1787, pasukan Sultan Mahmud (beserta pasukan Raja Ismail dari Tempasuk) menyusup ke selatan Terusan Riau melalui Penyengat dan Senggarang. Saat malam tiba, pasukan Sultan mulai menampakan diri dari benteng kecil di bukit, kemudian maju dari arah gunung merapat ke kapal besar yang mengangkut barang dagangan sehingga pertempuran tidak terelakkan lagi. Mereka menggempur dan menghabisi satu garnisun Belanda di Hulu Riau. Bantuan ini berhasil mengalahkan Belanda di Riau-Lingga pada bulan Mei 1787. Akibat dari serangan itu banyak pasukan Belanda yang melarikan diri. Bahkan, seorang residen Belanda di Hulu Riau, David Ruhde, melarikan diri ke Melaka. Tentang peristiwa tersebut, Raja Ali Haji menguncinya di dalam Tuhfat al-Nafis: "Seekor Holanda pun tiada lagi tinggal dalam Negeri Riau setelah diserang pasukan Sultan Mahmud Riayat Syah itu". Berkat peran dan perjuangannya bagi negara, Pemerintah Republik Indonesia kemudian menganugerahi gelar Pahlawan Nasional Indonesia kepada Sultan Mahmud Riayat Syah (Sultan Mahmud Syah III). Upacara penganugerahan tersebut dilakukan di Istana Negara pada tanggal 9 November 2017. Penganugerahan ini diputuskan melalui Kepres RI No 115/TK/tahun 2017 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan. Keputusan ini diambil setelah sebelumnya Dewan Gelar, Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan bersidang pada Oktober 2017 lalu. Bersamaan dengan Sultan Mahmud Riayat Syah, gelar pahlawan nasional juga dianugerahkan kepada tiga tokoh lainnya, yaitu Muhammad Zainuddin Abdul Madjid (pendiri Nahdlatul Wathan), Lafran Pane (pendiri Himpunan Mahasiswa Islam), dan Malahayati (pejuang dari Kesultanan Aceh).

Comments